Bukittinggi: The Dreamland of West Sumatera (English Ver.)

Bukittinggi is a city located at the heart of West Sumatera. As one of the largest city in West Sumatera, Bukittinggi has population of 91.000 people. This city is locked by 3 mountains (Singgalang Mount, Marapi Mount, and Sago Mount). Once, Bukittinggi had been called as Fort de Kock or Parisj van Sumatra. Also, Bukittinggi had been a capital city of The Republic of Indonesia on PDRI (Eng: Emergency Government of The Republic of Indonesia) time . The city is the place where the founding father, Moh. Hatta (became the first vice president of The Republic of Indonesia) born.

Since the Dutch colonized Indonesia, Bukittinggi became the base defense of the Dutch military. This city, at that time had been named as Fort de Kock, because the defensive area is concentrated here. Lieutenant Governor-General Hendrik Markus de Kock were the one who found the city of Bukittinggi and built the Fort de Kock as the defensive act against the Minangkabau’s at Paderi War, 1825.

In 1856, the first teacher-training school in Sumatera was built in Bukittinggi. This school famous with name, Kweekschool.

When Japan taking control over Indonesia, Bukittinggi still became the defensive fort of Sumatera. Once, the people urged to built a hole for the Japanese by doing romusha. This hole or tunnel is usually called as “Lubang Jepang” (Eng: Japanese Hole).

After Indonesia got his independent, Dutch still making some uproar around Indonesia Territory by doing some Aggression in Indonesia. This causing the capital of Indonesia had been moved to Bukittinggi. In this city, the Emergency Government of The Republic of Indonesia established. Bukittinggi remain the capital cityof Indonesia from 19 December 1948 to 13 July 1949.

Bukittinggi had been the capital of Central Sumatera Province from 1950 to 1957. After the Province of West Sumatera formed, Bukittinggi became the de facto capital in 1958. But, the capital then relocated to Padang in 1978.

Bukittinggi is divided into three subdistrict (in Indonesia commonly known as: kecamatan). They are Guguk Panjang, Mandiangin Koto Selayan, and Aur Birugo Tigo Baleh.

There are many tourist objects can be found in Bukittinggi, such as.

1. Ngarai Sianok (Eng: Sianok Canyon)

2. Lubang Jepang (Eng: Japanese Hole)-a bunker located near The Sianok Canyon

3. Jam Gadang (Eng: The Big Clock)-a clock tower situated in the middle of the city, built at the Dutch time in 1926. There is something unique from this clock. The numbers from the clock are all Roman Number. But the number 4 at the clock is mistakenly as “IIII”, where it must be “IV”

4. Pasar Atas (Eng: Upper Market) and Pasar Bawah (Eng: Lower Market)-the traditional market of Bukittinggi

5. Rumah Kelahiran Bung Hatta (Eng: The Born House of Moh. Hatta)

6. Fort de Kock

7. Taman Margasatwa Kinantan (Eng: Kinantan Wildlife Park)-zoo and museum of Minangkabau, the location of the museum also known as Taman Bundo Kanduang (Eng: Bundo Kanduang Park), from this park we can go to Fort de Kock by crossing Jemabatan Limpapeh (Eng: Limpapeh’s Bridge)

8. Plaza Bukittinggi-a mall near Jam Gadang

There are various transport here in Bukittinggi, from taxi until public transport. There also a traditional transport called Bendi. Bendi is a transport where a horse being the machine. It is fascinating…….. ^^

 

Lapangan Wirabraja-various ceremonies are celebrated here

 

 

Mosque in the middle of the city

 

 

Limpapeh's Bridge

 

 

Sianok Canyon

 

Source

http://en.wikipedia.org/wiki/Bukittinggi

http://sman1bukittinggi.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=130

Bukittinggi: The Dreamland of West Sumatera (Indonesian Ver.)

Bukittinggi adalah sebuah kota yang terletak di jantung Sumatera Barat. Menjadi salah satu kota terbesar di Sumatera Barat, Bukittinggi mempunyai populasi sekitar 91.000 jiwa. Kota ini terletak di antara 3 gunung, yaitu Gunung Singgalang, Gunung Marapi, dan Gunung Sago. Bukittinggi sebelumnya pernah dijuluki sebagai Fort de Kock dan Parisj van Sumatra. dan juga, kota ini pernah menjadi ibukota negara Republik Indonesia pada saat PDRI. Bukittinggi merupakan kota kelahiran proklamator, Bung Hatta.

Sejak penjajahan Belanda, Bukittinggi merupakan basis pertahanan tentara Belanda di Sumatera. Kota ini pada saat itu lebih dikenal sebagai Fort de Kock, karena basis pertahanan besar Belanda saat itu, dikonsentrasikan di Bukittinggi. Pada saat itu, Letnan Gubernur Jendral Hendrik Markus de Kock yang menemukan dan mendirikan Fort de Kock pada saat Perang Paderi tahun 1825.

Pada tahun 1856, sekolah guru atau lebih dikenal dengan nama Kweekschool didirikan. Ini merupakan sekolah guru pertama di Sumatera.

Pada saat pendudukan Jepang di Indonesia, Bukittinggi masih menjadi basis pertahanan militer Jepang. Dengan menambah pertahanan yang ekstra di daerah Bukittinggi. Jepang mempekerjakan paksa warga sekitar (romusha), untuk membuat terowongan di dalam tanah, atau lebih dikenal saat ini dengan nama Lubang Jepang.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, terjadi pergolakan-pergolakan kembali dengan Belanda yang membuat status kemerdekaan Indonesia mulai tergoyahkan. Pada saat itu, pusat pemerintahan langsung dipindahkan ke Bukittinggi mulai tanggal 19 Desember 1948 hingga tanggal 13 Juli 1949.

Bukittinggi juga sempat menjadi ibukota Propinsi Sumatera Tengah sejak tahun 1950 hingga 1957. Kemudian, sejak Propinsi Sumatera Barat dibentuk, Bukittinggi kemudian ditunjuk secara de facto menjadi ibukota pada tahun 1958, namun dipindahkan secara sah ke Padang pada tahun 1978.

Bukittinggi saat ini dibagi menjadi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Guguk Panjang, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, dan Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh.

Banyak objek wisata yang tersedia di Bukittinggi, berikut adalah rinciannya

1. Ngarai Sianok

2. Lubang Jepang-terowongan di bawah tanah (bunker)

3. Jam Gadang-sebuah bangunan yang terdapat jam diatasnya yang dibangun pada zaman Belanda tahun 1926. Salah satu yang unik dari jam ini adalah angka 4 nya, dimana angka semua angka pada jam ditulis dalam angka romawi. Angka 4 yang seharusnya ditulis dalam IV malah tertulis IIII

4. Pasar Atas dan Pasar Bawah-pasar tradisional di Bukittinggi

5. Rumah kelahiran Bung Hatta

6. Fort de Kock

7. Taman Margasatwa Kinantan, di dalamnya terdapat kebun binatang dan sebuah museum tempat barang-barang peninggalan di Minangkabau, lokasi museum ini lebih dikenal dengan Taman Bundo Kanduang. Dari sini kita dapat ke Fort de Kock melalui Jembatan Limpapeh.

8. Plaza Bukittinggi

Transportasi di Bukittinggi dapat dibilang beragam, mulai dari taksi sampai ke angkutan umum seperti mikrolet, dan juga ada salah satu transportasi tradisional disini yang dinamakan Bendi. Bendi digerakkan oleh tenaga seekor kuda lalu penumpangnya dapat melihat pemandangan sekitar dengan seksama.

Sumber

http://en.wikipedia.org/wiki/Bukittinggi

http://sman1bukittinggi.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=130